Selasa, 31 Mei 2011

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA INDIVIDU

• I. DEFINISI
Proses asuhan keperawatan pada usia lanjut adalah kegiatan yang dimaksuddkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, seperti di rumah/lingkungan keluarga, panti werda maupun piskesmas, yang diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas social yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Depkes, 1993 1b).
• II. KLASIFIKASI
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, anatra lain;
1. Lanjut usia aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang personal hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu, kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata, serta telinga; kebersihan lingkungan seperti tempat tidur dan ruangan; makanan sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan mudah dicerna, dan kesegaran jasmani.
2. Lanjut usia pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal yang perrlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seeperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
III. PENDEKATAN PERAWATAN LANJUT USIA
1.
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bias dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.
Perawatan fisik seecara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
• Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan sendiri.
• Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk memepertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat prosees ketuaan, dapat mempengaruhi ketahanan tubbuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.
Untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting karena meskipun tidak selalukeluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala-gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut iusia dihapdapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer, makan termasuk memilih dan menentukan makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulitg dan kecelakaan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menuru n pada klien lanjut usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal, jangan makan terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang berlebuhan.
1. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatifpada klien lanjut usia, perawat dapat berperan seebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perrawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkugan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melkukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal ini perlu dilkukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan berlanjutnya usia.Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi , berkurangnya kegairahan keinginan , peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat, kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bias melakukannya secara perlahan-lahandan bertahap, perawatharus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diuasahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
1. Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesame kklien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang diahadapinya adalah makhluk social yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social antara lanjut usia dan lanju usia dan perawat sendiri.
Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, missal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televise, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya denganh upaya pengobatan medis dalam proses penyenbuhan atau ketenangan para klien lanjut usia.
Tidak sedikit klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit, biaya hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati keadaan di luar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama yang tinggal dip anti werda), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka, senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikiian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap mempunyai hubungan komunikasi baik sesame mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan social bagi lanjut usia dip anti werda.
1. Pendekatan spiritual
Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam hubungannya ddengan tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam factor seperti, ketidakpastian pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu, perawat harus meneliti dengan cermatdi manakah letak kelemahan dan di mana letak kekuatan klien, agar perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada seegi spiritual, sudah seelayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat diringankan penderitaannya. Perawat bias memberikan keseempatan pada klien lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kelurga tadi di tinggalkan, masih ada orang lain yang mengurus mereka. Seedangkan bila ada rasa bersalah yang menghantui pikiran lanjut usia, segera perawat segera menghubungi seeorang rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.
Umumnya pada waktu kematian akan dating, agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia.
Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap fisik, yakni membantu merekadalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
1. IV. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari seecara mandiri
2. Mempertahankan kesehatan dan kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut usia dan jalan perawatan dan pencegahan
3. Membantu memperrtahankan serta membesarkan semangat hidup klien lanjut usia
4. Merawat dan menolong klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
5. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnose yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu
6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan , masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perrlu suatu pertolongan
V. FOKUS KEPERAWATAN LANJUT USIA
7.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Pencegahan penyakit (preventif)
3. Mengoptimalkan fungsi mental
4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA
1. I. PENGKAJIAN
Meliputi aspek:
1. Fisik
Wawancara
• Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
• Kegiatan yang mampu dilakuakn lanjut usia
• Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
• Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
• Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lanjut usia
• Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
• Perrubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
• Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat
• Masalah-masalah seksual yang dirasakan
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan system tubuh
• Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu head to toe dan system tubuh
1. Psikologis
• Apakah mengenal masalah-masalah utamanya?
• Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan?
• Apakah dirinya merasa dibutuhkan?
• Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?
• Bagaimana mengatasi stress yang dialami?
• Apakah mudah dalam menyesuaikan diri?
• Apakah lanjut usia sering menngalami kegagalan?
• Apakah harapah pada saat ini dan yang akan dating?
• Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piker, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah
1. Social Ekonomi
• Dari mana sumber keuangan lanjut usia?
• Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang?
• Dengan siapa dia tinggal?
• Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia?
• Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya?
• Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah?
• Siapa saja yang mengunjungi?
• Seberapa besar ketergantungannya?
• Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada?
1. Spiritual
• Apakah secara teratur melakukan ibadah seeduai dengan keyakinan agamanya?
• Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian?
• Bagaimana cara lanjut usia menyelaesaikan masalah apakah dengan berdoa?
• Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal?
Pengkajian dasar
1. Temperature
Mungkin serendah 95˚F (hipotermi) 35˚C
Lebih teliti diperiksakan di sublingual
1. Pulse (denyut nadi)
Kecepatan, irama, volume
Apical, radial, pedal
1. Respirasi (pernapasan)
Kecepatan, irama, dan kedalaman
Todak teraturnya pernapasan
1. Tekanan darah
Saat baring, duduk, berdiri
Hipotensi akibat posisi tubuh
1. Berat badan perlahan lahan hilang pada tahun-tahun terakhir
2. Tingkat orientasi
3. Memori (ingatan)
4. Pola tidur
5. Penyesuaian psikososial
System pernapasan
1. Kesimetrisan raut wajah
2. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak
Tidak semua orang menjadi snile
Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
1. Mata: pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak
2. Pupil: kesamaan, dilatasi
3. Ketajaman penglihatan
Jangan dites di depan jendela
Pergunakan tangan atau gambar
Cek kondisi kacamata
1. Sensory deprivation (gangguan sensorik)
2. Ketajaman pendengaran
Apakah menggunakan alat bantu dengar
Tinutis
Serumen telinga bagian luar jangan dibersihkan
1. Adanya rassa sakit atau nyeri
System Kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan
2. Auskultasi denyut nadi apical
3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis
4. Pusing
5. Sakit
6. Edema
System Gastrointestinal
1. Status gizi
2. Pemasukan diet
3. Anoreksia, tidak dicerna, mual, dan muntah
4. Mengunyah dan menelan
5. Keadaan gizi, rahang, dan rongga mulut
6. Auskultasi bising usus
7. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon
8. Apakah ada konstipassi, diare,dan inkontenensia alvi
System Genitourinarius
1. Warna dan bau mulut
2. Distensi kandung kemih, inkontenensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil)
3. Frekuensi, tekanan, atau desakan
4. Pemasukan dan pengeluaran cairan
5. Disuria
6. Seksulitas
Kurang minat untuk melaksanakan
Adanya kecacatan social yang mengarah ke aktivitas seksual
System kulit
1. Kulit
Temperature, tingkat kelembaban
Keutuhan luka, luka terbuka, robekan
Turgor (keknyalan kulit)
Perubahan pigmen
1. Adanya jaringan parut
2. Keadaan kuku
3. Keadaan rambut
4. Adanya gangguan-gangguan umum
System Muskuloskeletal
1. Kontraktur
Atrofi otot
Mengecilkan tendon
Ketidakadekuatannya sendi
1. Tingkat mobilitas
Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan
Keterbatasan gerak
Kekuatan otot
Kemampuan melangkah atau berjalan
1. Gerakan sendi
2. Paralisis
3. kifosis
Psikososial
1. Menunjukkan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan
2. Focus-fokus pada diri bertambah
3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian
4. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih saying yang berlebihan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Fisik/Biologis
• Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat
• Gangguan perpepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sehubungan dengan hambatan penerimaan, dan pengiriman rangsangan.
• Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat dalam perawatan diri.
• Potensial cedera fisik sehubungan dengan penurunan fungsi tubuh.
• Gangguan pola tidur sehubungan dengan kecemasan atau nyeri.
• Perubahan pola eliminasi sehubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya secret pada jalan napas.
• Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kekuatan sendi.
2. Psikososial
• Isolasi sosial sehubungan dengan perasaan curiga.
• Menarik diri dari lingkungan sehubungan dengan perasaan tidak mampu.
• Depresi sehubungan dengan isolasi sosial.
• Harga diri rendah sehubungan dengan perasaan ditolak.
• Coping tidak adekuat sehubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
• Cemas sehubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual
• Reaksi berkabung atau berduka sehubungan dengan ditinggal pasangan.
• Penolakan terhadap proses penuaan sehubungan dengan ketidakpastian menghadapi kematian.
• Marah terhadap tuhan sehubungan dengan kegagalan yang dialami.
• Perasaan tidak tenang sehubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat.
H. RENCANA KEPERAWATAN
Meliputi:
1. Melibatkan klien dan keluarganya dan perencanaan.
2. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.
3. Tentukan prioritas:
• Klien mungkin puas dengan situasi demikian.
• Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
• Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
1. Cegah timbulnya masalah-masalah.
2. Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan.
3. Tulis semua rencana dan jadwal.
Perencanaan
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Peningkatan keamanan dan keselamatan.
3. Memelihara kebersihan diri.
4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur.
5. Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia:
• Penuruna alat penciuman dan pengecap.
• Pengunyahan kurang sempurna.
• Gizi yang tidak lengkap.
• Rasa penuh pada perut dan susah buang air besar.
• Melemahnnya otot-otot lambung dan usus.
Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia:
• Gizi berlebihan.
• Gizi kurang.
• Kekurangan vitamin.
• Kelebihan vitamin.
Kebutuhan nutrisi pada lanjut usia:
1. Kalori pada lanjut usia:
Laki-laki = 2.100 kalori
Perempuan = 1.700 kalori
Dapat dimodifikasi tergantung keadaan lanjut usia, misalnya: gemuk/kurus atau disertai penyakit demam.
1. Karbohidrat, 60% dari jumlah kalori yang dibutuhkan.
2. Lemak, tidak dianjurkan karena menyebabkan hambatan pencernaan dan terjadi penyakit, 15-20% dari total kalori yang dibutuhkan.
3. Protein, untuk mengganti sel-sel yang rusak, 20-25% dari total kalori yang dibutuhkan.
4. Vitamin dan mineral sama dengan usia muda kebutuhannya.
5. Air, 6-8 gelas perhari.
Rencana makanan untuk lanjut usia
1. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
2. Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin.
3. Berikan makanan yang mengandung serat.
4. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori.
5. Membatasi minum kopi dan teh.
Meningkatkan keamanan dan keselamatan lanjut usia
Penyebab kecelakaan pada lanjut usia:
• Fleksibilitas kaki yang berkurang.
• Fungsi penginderaan dan pendengaran menurun.
• Pencahayaan yang berkurang.
• Lantai licin dan tidak rata.
• Tangga tidak ada pengaman.
• Kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.
Tindakan mencegah kecelakaan:
1. Klien/lanjut usia:
• Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
• Latih lanjut usia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
• Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur, jika tidur.
• Bila mengalami masalah fisik, misalnya reumatik, latih klien untuk menggunakan alat bantu berjalan.
• Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang menggunakan obat penenang/diuretic.
• Menggunakan kaca mata apabila berjalan atau melakukan sesuatu.
• Usahakan ada yang menemani.
1. Lingkungan
• Tempatkan klien di ruangan khusus dekat kantor sehingga mudah diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.
• Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya.
• Gunakan tempat yang tidak terlalu tinggi.
• Letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lanjut usia menempatkan alat-alat yang selalu digunakannya.
• Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin, dan basah.
• Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia yang menggunakannya.
• Pasang pegangan di kamar mandi.
• Hindari lampu yang redup dan menyilaukan, sebaiknya gunakan lampu 70-100 watt.
• Jika pindah dari ruang terang ajarkan klien untuk memejamkan mata sesaat.
• Gunakan sandal/sepatu yang beralas karet.
• Gunakan perabotan yang penting-penting saja di ruang lanjut usia.
Memelihara kebersihan diri
1. Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah:
• Penurunan daya ingat.
• Kurangnya motivasi.
• Kelemahan dan ketidakmampuan fisik.
1. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri, antara lain:
• Mengingatkan atau membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri.
• Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau berikan skin lotion.
• Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku.
Memelihara keseimbangan istirahat/tidur
Upaya yang dilakukan, antara lain:
1. Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman.
2. Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan.
3. Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar sirkulasi dan melenturkan otot-otot.
4. Memberikan minuman hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.
Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi
1. Masalah umum yang dikemukakan pada lanjut usia adalah daya ingat menurun, depresi, lekas marah, mudah tersinggung, dan curiga. Hal ini disebabkan hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
2. Upaya yang dilakukan antara lain:
• Berkomunikasi dengan lanjut usia dengan kontak mata.
• Memberikan stimulus/mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan yang akan dilakukan.
• Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia.
• Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan atau tanggap terhadap respons non verbal lanjut usia.
• Melibatkan lanjut usia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lanjut usia.
• Menghargai pendapat lanjut usia.

1. I. TINDAKAN KEPERAWATAN
Meliputi:
1. Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya.
2. Sediakan cukup penerangan.
• Penerangan alam lebih baik.
• Hindarkan cahaya yang menyilaukan.
• Penerangan malam sepanjang waktu di kamar mandi dan ruangan.
1. Tingkatkan rangsangan panca indera melalui:
• Buku-buku yang dicetak besar.
• Perubahan lingkungan.
• Berikan warna-warna yang dilihat klien.
1. Pertahankan dan latih daya orientasi nyata, dapat menggunakan:
• Kalender dan penanggalan.
• Jam.
• Saling mengunjungi.
1. Berikan perawatan sirkulasi
• Hindarkan pakaian yang menekan, mengikat, atau sempit.
• Ubah posisi.
• Berikan kehangatan dengan selimut dan pakaian.
• Berikan dorongan dalam melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi.
• Berikan bantuan, dukungan dan gunakan tindakan yang aman selama perpindahan.
• Lakukan penggosokan perlahan-lahan pada waktu mandi.
1. Berikan perawatan pernapasan
• Bersihkan nostril atau kotoran hidung.
• Lindungi dari angin.
• Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan-latihan, seperti:
o Bernapas dalam (deep breathing).
o Latihan batuk.
o Latihan menghembus napas menggunakan mainan.
o Hati-hati dengan terapi O2 cek terjadinya CO2 narkosis, yang biasanya ditandai dengan:
 Gelisah.
 Keringat berlebihan.
 Gangguan penglihatan.
 Kejang otot.
 Tekanan darah rendah (hipotensi).
 Kerja otak menurun.
1. Berikan perawatan pada alat pencernaan
• Rangsang nafsu makan.
o Berikan makan dengan porsi sedikit-sedikit tapi sering dan kualitasnya bergizi.
o Berikan makanan yang menarik.
o Sediakan makanan yang hangat-hangat.
o Sediakan makanan jika mungkin yang sesuai dengan pilihannya.
o Cegah terjadinya gangguan pencernaan
 Berikan sikap fowler waktu makan.
 Pertahankan keasaman lambung.
 Berikan makanan yang tidak membentuk gas.
 Cukup cairan.
 Cegah konstipasi atau sembelit
 Jamin kecukupan cairan dalam diet.
 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
 Fasilitas gerakan usus dalam mencerna.
 Berikan kebebasan dan posisi tubuh normal.
 Berikan laksativ atau supositorial, jika hal-hal diatas tak efektif.
1. Berikan perawatan genitourinaria
• Cukup cairan masuk 2000-3000 ml/hari.
• Cegah inkontinensia.
o Jelaskan dan berikan dorongan pada klien untuk buang air kecil (bak) tiap 2 jam.
o Pertahankan penerangan di kamar mandi untuk mencegah jatuh.
o Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari.
o Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur.
o Seksualitas
 Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi.
 Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaannya terhadap keinginan seksual.
 Berikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan.
1. Berikan perawatan kulit
• Mandi
o Jelaskan dan beri dorongan pada klien untuk mandi bersih hanya 2 kali seminggu untuk mencegah kekeringan kulit.
o Gunakan sabun superfot atau lotion yang mengandung lemak untuk menambah kesehatan kulit.
o Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, missal: ada jamur di kuku atau adanya gangguan medic atau bedah.
10. Berikan perawatan musculoskeletal
• Bergerak dengan keterbatasan.
• Ganti posisi tiap 2 jam, luruskan dan hati-hati.
• Cegah osteoporosis dari tulang panjang dengan memberikan latihan.
• Lakukan latihan aktif dan pasif, misalnya waktu istirahat atau pada waktu-waktu tertentu.
• Berikan arah dan latihan pada semua sendi 3 kali.
• Anjurkan dan berikan dorongan pada keluarga untuk memandirikan klien contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu.
11. Berikan perawatan psikososial
• Jelaskan dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana normal.
• Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas.
• Fasilitas pembicaraan.
• Pertahankan sentuhan yang merupakan satu alat yang sangat berguna dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan.
• Berikan penghargaan dan rasa simpati.
• Pertahankan pendekatan kebaikan.
12. Pelihara keselamatan
• Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang karena klien:
o Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa hal).
o Mudah jatuh karena kelemahan otot-otot.
o Hipertensi bila dalam posisi tegak.
o Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkanperawatan langsung.
o Klien diberikan pegangan di kamar mandi dan ruangan.
o Kamar dan lantai berantakan.
o Cukup mendapatkan penerangan.
o Berikan penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan.
o Berikan dorongan untuk berjalan, lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut usia.
J. PERAWATAN SEHARI – HARI YANG HARUS DILAKUKAN
Perawatan yang harus dilakukan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungan dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), yakni :
Kebersihan mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur – kumur secara teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan yang masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang – kurangnya 2 kali sehari, pagi bangun tidur dan malam sebelum tidur. Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat dipelihara, caranya sebagai berikut :
1. Gigi palsu dilepas, keluarkan dari mulut dengan menggunakan kain kasa atau sapu tangan yang bersih, bila kesulitan bisa dibantu oleh keluarga atau perawat.
2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan – lahan di bawah air mengalir sampai bersih. Bila perlu dapat digunakan pasta gigi.
3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan di rendam dengan sir bersih di dalam gelas. Tidak boleh direndam di air panas atau di jemur. Bagi mereka yang sudah tidak mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap kali habis makan harus berkumur – kumur untuk mengeluarkan sisa makanan yang melekat diantara gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi tapi kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk membersihkan gigi dan mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal di panti bisa dibantu perawat atau petugas.
Yang perlu diperhatikan dalam membersihkan gigi – gigi :
• Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya diatas sikat gigi).
• Air bersih dalam gelas untuk kumur.
• Kom plastik sedang untuk membuang air kumur.
• Handuk untuk alas di dada, agar tidak basah dan untuk lap mulut setelah sikat gigi selesai.
Caranya :
1. Alat – alat, seperti : kom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk diletakkan diatas meja kecil atau kursi didekat tempat tidur.
2. Usahakan duduk dengan posisi yang enak, bila tidak dapat duduk usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan punggungnya.
3. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada, gunanya untuk menjaga agar tidak basah.
4. Sikatlah gigi secara perlahan – lahan mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan kebelakang gigi, cara menyikatnya dari atas ke bawah untuk gigi bagian atas, dan dari bawah ke atas untuk gigi bagian bawah agar kotoran/sisa makanan bisa tersapu.
5. Berikan air bersih untuk kumur – kumur sampai bersih.
6. Sisa air kumur dituangkan dan di tampung dalam kom plastik.
7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk sehingga bersih dan kering.
Kebersihan kulit dan badan
Fungsi kulit :
1. Melindungi bagian tubuh atau jaringan di bawahnya terhadap pukulan, untuk mencegah kuman – kuman penyakit, dan kedinginan.
2. Sebagai panca indera perasa dan peraba.
3. Mengatur suhu badan.
4. Mengeluarkan ampas – ampas berupa zat – zat yang tak terpakai, misalnya keringat.
5. Tempat memasukkan obat – obat injeksi.
Pentingnya pemeliharaan kulit
Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar, kulit merupakan pintu masuk ke dalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang akan pentingnya arti kebersihan. Kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian pada klien lanjut usia perlu tetap diperhatikan agar penampilan mereka tetap segar. Usaha membersihkan kulit dapat dengan cara mandi tiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari.
Manfaat mandi :
1. Menghilangkan bau.
2. Menghilangkan kotoran.
3. Merangsang peredaran darah.
4. Memberikan kesegaran pada tubuh.
Pengawasan yang perlu dilakukan :
1. Ada tidaknya lecet.
2. Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar tidak terlalu kering atau keriput.
3. Mempergunakan air hangat untuk mandi, dalam usaha merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan, temperatur air hangat sebaiknya kurang lebih 80 – 90° f.
4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlampau sering, karena hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.
Bantuan perawatan bagi yang keadaan fisiknya memerlukan bantuan orang lain, seperti memandikan cukup di tempat tidur.
Prinsipnya adalah :
1. Sediakan air hangat – hangat kuku dalam dua buah waskom.
2. Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk, jika mungkin masing – masing dua buah.
3. Sabun mandi dalam tempatnya.
4. Bedak talk atau bodylotion (krem pelembab).
5. Pakaian bersih, sisir, sapu tangan bersih untuk wanita umngkin juga bedak.
Pelaksanaannya :
1. Setelah alat – alat semua tersedia, pintu, dan jendela di tutup.
2. Jelaskan ke klien apa ayang akan dilakukan.
3. Buka pakaian bagian atas bentangkan handuk di atas dada, kemudian mulai menyeka bagian muka (tanpa sabun, kecuali diminta).
4. Lalu dibilas dengan waslap hingga bersih dan kering.
5. Kemudian berturut – turut menyeka tangan dan lengan. Mulailah tangn dan lengan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan yang dekat. Selanjutnya bagian dada di seka seperti lengan dan tangan, lalu dikeringkan dan diberi talk atau bodylotion.
6. Setelah selesai dada ditutup dengan kain selimut, lalu dikeringkan kemudian diberi talk atau bodylation.
7. Bagian akhir adalah anggota badab bagian bawah. Menyeka anggota badan bagian bawah hendaknya memakai air bersih sebelumnya.
8. Yang terakhir sekali menyeka selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun yang tertinggal dan keadaannya benar – benar bersih dan kering.
9. Ganti pakaian yang bersih, tempat tidur di bersihkan.
Kebersihan kepala dan rambut
Rambut seperti juga kuku tumbuh di luar epidermis. Pertumbuhan ini terjadi karena rambut mendapat makanan dari pembuluh – pembuluh darah sekitar rambut. Warna rambut ditentukan karena adanyapigmen, bila rambut tidak dibersihkan akan menjadi kotor dan debu melekat pada rambut.
Tujuan membersihkan kepala untuk menghilangkan debu – debu dan kotoran yang melekat di rambut dan dikulit kepala, klien lanjut usia yang amsih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri.
Cara mencucui tambut :
1. Sediakan air hangat secukupnya di waskom/ember plastik.
2. Bilas rambut dengan air hangat tersebut lalu beri atau tuangkan shampo sedikit demi sedikit.
3. Usapkan dan gosokkan shampo itu di kepala hingga rata.
4. Kemudian bilas sampai bersih.
5. Lalu keringkan dengan handuk.
Perlu diperhaikan :
• Bila terdapat ketombe atau kutu rambut dapat diberikan obat, misalnya peditox.
• Untuk rambut yang kering, bisa diberi minyak atau urang – aring atau lainnya.
Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri baik karena habis sakit atau kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat mencuci rambut di tempat tidur dengan bantuan salah satu anggota keluarga atau perawat.
Bila lanjut usia yang sering atau banyak berbaring di tempat tidur harus lebih di perhatikan kebersihan rambutnya mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering, dan berbau serta gatal – gatal.
Adapun cara – caranya sebagai berikut :
1. Persiapan
• Ember (1 berisi air hangat dan 1 lagi untuk menampung air kotor).
• Shampo, sisir, handuk serta alas dari kain karet, atau plastik.
1. Pelaksanaan
• Letakkan kepala dipinggir tempat tidur dan di bawahnya diberi alas kain karet atau kain plastik yang dihubungkan dengan ember kosos\ng penampung air kotor, yang diletakkan di bawah tempat tidur.
• Rambut di basahi sedikit demi sedikit dan dishampo, sambil dilakukan 2 kali agar bersih betul, kemudian di bilas sampai bersih.
• Kemudian di keringkan dengan handuk.
Mencuci rambut di tempat tidur yang perlu diperhatikan :
1. Membilas sisa sabun, shampo harus benar – benar bersih agar tidak menimbulkan rasa gatal – gatal atau ketombe dan timbul alergi.
2. Menyisir rambut di tempat tidur harus terlebih dahulu di berikan alas di atas bantal dengan handuk, kemudian baru di sisir dengan hati – hati.
3. Miringkan kepala agar rambut mudah dijalin, terutama bagi yang berambut panjang. Rontokan rambut yang melekat pada sisir masukkan ke dalam penampung yang berisikan larutan lisol.
Cara pemeliharaan kuku :
Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran dan bahkan kuman – kuman penyakit. Oleh karena itu, harus selalu disarankan agar lanjut usia secara teratur memotong kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan sendiri, hendaklah perawat atau keluarga memotongnya dan jangan terlalu pendek sebab akan terasa sakit.
Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur
Tempat tidur yang bersih dapat memberikan kenikmatan atau perasaan nyaman pada waktu tidur. Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali di perhatikan. Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik untuk lanjut usia yang masih aktif cukup diberikan pengarahan cara membersihkan tempat tidur.
Bantuan kepada klien lanjut usia yang masih aktif, misalnya :
1. Bila keadaan kasur cekung di tengah, hendaknya di balik tiap kali membersihkan tempat tidur.
2. Alas kasur di tarik kencang dan ujung – ujungnya dilipat dan disorongkan kebawah kasur sehingga tak mudah menimbulkan lipatan – lipatan yang mungkin menyebabkan lecet.
3. Alat kasur atau seprei diganti tiap 3 hari sekali, kecuali kalau kotor.
4. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkontinensia urin, alas kasur diganti tiap kali basah. Kasur tiap hari dijemur dipanas matahari.
Bantuan atau pertolongan yang pasif
Bagi klien lanjut usia yang terus menerus beristirahat di tempat tidur harus selalu diusahakan dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman. Usahakan pula agar bantal jangan terlalu lembek atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur diatas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar otot – otot badan tetap aktif tetapi juga untuk menghindari pegal – pegal dan mencegah atrofi. Letaka atau posisi tidur harus diatru sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di buat selang – seling agar tidak timbul luka lecet – lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus.
Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain :
1. Letak guling di bawah lututnya usahakan agar kakinya tidak tergelincir jatuh kesamping dan tidak dalam posisi drop foot.
2. Untuk mencgah luka lecet (dekubitus) tumit dan bokong di beri bantal angin (windring).
3. Agar dapat tidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus hendakya diberi papan di bawah kasurnya, jika tempat tidur tersebut terdiri dari kawat – kawat (springbed).
4. Pada letak atau posisi setengah duduk di bagian kepala tempat tidur di beri sandaran kursi atau papan.
Catatan :
1. Bagi klien yang mengalami inkontinensia urin sebaiknya di beri perlak karpet atau plastik untuk melindungi kasur.
2. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semut atau binatang – binatang kecil lainnya.
3. Jika tidak dalam keadaan tidur sebaiknya di beri suatu aktifitas untuk melatih pergerakan ototnya supaya tidak kaku ataupun merasa gelisah.
4. Kesabaran serta ketekunan keluarga yang merawat klien lanjut usia mutlak perlu ditumbuhkan agar klien lanjut usia tetap merasa diperhatikan.
Makan dan cara memberi obat
Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi bagi klien lanjut usia perlu dipenuhi secra adekuat karena merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel – sel dalam tubuh, dan guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada klien lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk janutng, usus, pernafasan, dan ginjal.
Kebutuhan kalori bagi klien lanjut usia dianjurkan tidak melebihi 1700 kalori sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya, kebutuhan untuk protein normal pada usia lanjut usia adalah 1 gr/kg bb/hari.
Sebaiknya dikurangi makan makanan yang mengandung lemak hewani, misalnya : daging sapi, daging kerbau, kuning telur, dan otak. Bagi klien lanjut usia disarankan perlu mkanan tambahan yang banyak mengandung kalsium (ca) = zat kapur. Kebutuhan kalsium pada klien lanjut usia 14,1 mg/kg bb/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan darah. Sedangkan mengenai pemberian garam natrium supaya dikurangi, sehubungan dengan kemungkinan tekanan darah tinggi. Pada klien lanjut usia perlu pula diberikan untuk buah – buahan untuk mendapatkan vitamin, guna memperlancar pekerjaan dalam tubuh. Untuk meghindari konstipasi (sembelit) klien lanjut usia perlu diberikan cukup makanan yang mengandung serat, misalnya : beras tumbuk, akar – akar hijau, kacang – kacangan, buah – buahan, serta banyak minum kurang lebih 1500 – 2000 cc yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal.
Faktor yang mempengaruhi kebuttuhan gizi pada lanjut usia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat kerusakan gigi/ompong).
2. Berkurang cita rasa (rasa dan buah).
3. Berkurangnya koordinasi otot – otot saraf.
4. Keadaan fisik yang kurang baik.
5. Faktor ekonomi dan sosial.
6. Faktor penyerap makanan (daya absorpsi).
Masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia :
1. Gizi belebihan
Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat dinegara barat dan kota – kota besar. Kebiasaan amakan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada waktu lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktifitas fisik. Kebiasaan amakan tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu penceus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
1. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah – masalah sosial ekonomi dan juga kaena gangguan penyakit. Bila konsusmsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan – kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah kena infeksi pada organ – orga tubuh yang fital.
1. Kekurangan vitamin.
Bila konsumsi buah dan sayur – sayuran dalam makan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, dan tidak semangat.
REFERENSI
1. Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999
2. Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

keperawan gerontik lanjut usia pada tingkat masyarakat

Proses Keperawatan Gerontik Pada Tingkat Masyarakat

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.
Kesimpulan
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan. Memahami kondisi penderita dan merawat dengan sabar adalah peran penting keluarga yang salah satu anggotanya menderita demensia.

Referensi

1. Grayson, C. (2004). All about Alzheimer. Retrieved on October 2006 from http://www.webmd.com/content/article/71/81413.htm.
2. Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor, M. N. (2003). The prevalence and causes of dementia in people under the age of 65 years. Journal Neurosurg Psychiatry, 74: 1206-1209.
3. Mace, N. L. & Rabins, P. V. (2006). The 36-hour day: a family guide to caring for people with Alzheimer disease, other dementias, and memory loss in later life (4th Ed.) Baltimore, USA: The Johns Hopkins University Press.
4. Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. (1998). Behavioral symptom of dementia. In Volicer, L., Hurley, A.C. (Eds), Hospice care for patients with advance progressive dementia. New York: Springer Publishing Company.
5.. Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, Community Nursing Master Program pada Medicine Faculty, School of Health Sciences, Kagoshima University, Japan

KEPERAWATN GERONTIK

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
tahun 1999 : 67,5 tahun
Populasi lansia akan meningkat juga yaitu:
• ± 10 juta jiwa/5,5Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun % dari total populasi penduduk.
• Pada tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya :
Terdapat hasil yang mengejutkan, yaitu:
• 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
• 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
• 53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
• hanya 27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2. kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3. kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia Tua : 75 – 89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
PROSES PENUAAN
• Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
• Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. terjadi dalam sel seperti:Perubahan Mikro
• Berkurangnya cairan dalam sel
• Berkurangnya besarnya sel
• Berurangnya jumlah sel
2. yang jelas terlihat seperti:Perubahan Makro
• Mengecilnya mandibula
• Menipisnya discus intervertebralis
• Erosi permukaan sendi-sendi
• Osteoporosis
• Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
• Emphysema Pulmonum
• Presbyopi
• Arterosklerosis
• Manopause pada wanita
• Demintia senilis
• Kulit tidak elastis
• Rambut memutih
KARAKTERISTIK PENYAKIT PADA LANSIA
• saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple
• Penyakit bersifat degeneratif
• Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan
• Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial
• Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
• Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)
Hasil penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar, Makasar), sebagai berikut:
• Fungsi tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan (76,24 %), Daya ingat (69,39 %), Sexual (58,04 %), Kelenturan (53,23 %), Gilut (51,12 %).
• Masalah kesehatan yang sering muncul
Sakit tulang (69,39 %), Sakit kepala (51,15 %), Daya ingat menurun (38,51 %), Selera makan menurun (30,08 %), Mual/perut perih (26,66 %), Sulit tidur (24,88 %) dan sesak nafas (21,28 %).
PENGERTIAN
Ilmu + Keperawatan + GerontikIlmu Keperawatan Gerontik
• Ilmu : pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
• Keperawatan : konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
• Gerontik : gerontologi + geriatrik
• Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
• Geriatrik berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut.
• Keperawatan Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
LINGKUP PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
Fenomena yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup askep gerontik meliputi:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1. Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Tanggung jawab Perawat Gerontik
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai dengan meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik
1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2. Interdependent
3. Humanistik (secara manusiawi)
4. Holistik (secara keseluruhan)
Model Pemberian Keperawatan Profesional
1. Model Asuhan
2. berkaitan pada pengaturan/manajemenModel Manajerial
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
Diterima sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
Model Manajerial yaitu: yang sesuai juga masih dalam penelitian tentang yang lebih mengarah pada tindakan yang profesional.